9+ Macam-Macam Puasa Sunnah Beserta Niat dan Keutamaannya
04/05/20
Tambah Komentar
Macam-macam puasa sunnah - Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh muslim. Berpuasa di bulan Ramadhan menjadi kewajiban bagi muslim dan memiliki banyak keutamaan. Selain puasa wajib, juga ada macam-macam puasa sunnah yang dianjurkan dengan keutamaan masing-masing, misalnya seperti puasa Arafah, puasa Asyura, puasa Senin-Kamis, dan lain-lain.
Puasa sunnah bisa jadi amalan yang bisa dilakukan oleh umat Islam untuk mendapatkan pahala. Meski tidak wajib dilakukan, namun puasa sunnah ini sangat dianjurkan karena bisa mendapatkan pahala dan menghapus dosa. Selain itu juga banyak keutamaan-keutamaan yang bisa didapatkan dengan menjalankan puasa sunnah.
Beberapa jenis puasa sunnah dilakukan pada waktu-waktu tertentu, misalnya puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah, puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram, dan puasa Tasu'a pada tanggal 9 Muharram.
Namun ada juga puasa sunnah dengan waktu yang tidak spesifik, misalnya seperti puasa Senin-Kamis yang bisa dilakukan tiap hari senin dan kamis pada waktu kapan saja, atau puasa Daud yakni berpuasa sunnah secara selang seling.
(baca juga 99 Asmaul Husna beserta artinya)
Di bawah ini akan dijelaskan apa saja macam-macam puasa sunnah yang dianjurkan dalam Islam beserta penjelasan, keutamaan, dalil melakukan puasa, serta bacaan niat puasa sunnah dalam lafadz Arab, teks latin, dan artinya bahasa Indonesia.
Puasa Senin-Kamis merupakan jenis puasa sunnah yang dilakukan pada hari senin dan hari kamis. Kenapa puasa senin kamis disunnahkah? Puasa hari senin memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang lahir di hari senin, sedangkan pada hari kamis merupakan hari diturunkannya Al-Qur'an untuk pertama kalinya.
Sunnah berpuasa senin kamis pun dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Tidak ada keharusan untuk harus mengiringi puasa senin dengan kamis, tiap muslim boleh berpuasa senin kamis semampunya asalkan pada hari senin dan kamis.
Niat Puasa Senin Kamis
Puasa Senin
Nabi SAW bersabda “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah - Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163).
Puasa Arafah adalah salah satu jenis puasa sunnah yang dilakukan pada hari Arafah, yakni pada hari ke-9 bulan Dzulhijjah. Dengan kata lain, puasa ini dilakukan 1 hari menjelang perayaan hari raya Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah. Puasa ini sangat dianjurkan bagi umat muslim yang tidak pergi haji, sementara bagi muslim yang sedang haji tidak dianjurkan berpuasa.
Dari Abu Qotadah, Nabi SAW bersabda, "Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim no. 1162)
Niat Puasa Arafah
Puasa Syawal adalah jenis puasa sunnah yang dilakukan selama 6 hari pada bulan Syawal, usai setelah hari raya Idul Fitri. Puasa Syawal boleh dilakukan secara acak atau berurutan, asalkan dilakukan selama 6 hari pada bulan Syawal, namun umumnya dilakukan secara berurutan 6 hari mulai tanggal 2 Syawal.
Puasa Daud merupakan jenis puasa sunnah yang dilakukan oleh Nabi Daud, yakni berpuasa secara selang-seling. Dengan kata lain hari ini berpuasa, kemudian besoknya tidak, kemudian besoknya lagi berpuasa, kemudian besoknya lagi tidak, begitu dilakukan seterusnya.
Puasa Sya’ban merupakan jenis puasa yang dianjurkan dan disunnahkan oleh Rasulullah SAW. Muslim dianjurkan untuk berpuasa sunnah selama bulan Sya'ban. Selain bulan Ramadhan, bulan Sya'ban memang memiliki banyak keutamaan untuk berpuasa sunnah.
Puasa sunnah bisa jadi amalan yang bisa dilakukan oleh umat Islam untuk mendapatkan pahala. Meski tidak wajib dilakukan, namun puasa sunnah ini sangat dianjurkan karena bisa mendapatkan pahala dan menghapus dosa. Selain itu juga banyak keutamaan-keutamaan yang bisa didapatkan dengan menjalankan puasa sunnah.
Beberapa jenis puasa sunnah dilakukan pada waktu-waktu tertentu, misalnya puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah, puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram, dan puasa Tasu'a pada tanggal 9 Muharram.
Namun ada juga puasa sunnah dengan waktu yang tidak spesifik, misalnya seperti puasa Senin-Kamis yang bisa dilakukan tiap hari senin dan kamis pada waktu kapan saja, atau puasa Daud yakni berpuasa sunnah secara selang seling.
(baca juga 99 Asmaul Husna beserta artinya)
Macam-Macam Puasa Sunnah
Di bawah ini akan dijelaskan apa saja macam-macam puasa sunnah yang dianjurkan dalam Islam beserta penjelasan, keutamaan, dalil melakukan puasa, serta bacaan niat puasa sunnah dalam lafadz Arab, teks latin, dan artinya bahasa Indonesia.
1. Puasa Senin-Kamis
Puasa Senin-Kamis merupakan jenis puasa sunnah yang dilakukan pada hari senin dan hari kamis. Kenapa puasa senin kamis disunnahkah? Puasa hari senin memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang lahir di hari senin, sedangkan pada hari kamis merupakan hari diturunkannya Al-Qur'an untuk pertama kalinya.
Sunnah berpuasa senin kamis pun dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Tidak ada keharusan untuk harus mengiringi puasa senin dengan kamis, tiap muslim boleh berpuasa senin kamis semampunya asalkan pada hari senin dan kamis.
Niat Puasa Senin Kamis
Puasa Senin
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma yaumal itsnaini sunnatan lillahi ta'ala
Artinya : “Saya niat puasa hari Senin, sunah karena Allah ta'ala.”
Puasa Kamis
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma yaumal khomiisi sunnatan lillahi ta'alaArtinya : “Saya niat puasa hari Kamis, sunah karena Allah ta'ala.”
2. Puasa Asyura
Puasa Asyura merupakan jenis puasa sunnah yang dilakukan tiap tanggal 10 Muharram. Puasa ini dilakukan bertepatan dengan hari Asyura. Puasa Asyura memiliki keutamaan dapat menghapus dosa muslim selama setahun yang lalu, sehingga sangat dianjurkan dan disunnahkan bagi muslim untuk berpuasa Asyura.
Niat Puasa Asyura
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَ
Nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i sunnatil aasyuuraa lillaahi ta'aalaa
Artinya : “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah ta'ala.”
3. Puasa Tasu'a
Selain puasa Asyura, juga disunnahkan berpuasa Tasu'a pada tanggal 9 Muharram, yakni 1 hari sebelum waktu puasa Asyura. Puasa ini dilakukan untuk mengiringi puasa yang akan dilakukan keesokan harinya, yaitu puasa Asyura tanggal 10 Muharram.
Puasa Tasu'a ini dikerjakan agar tidak menyerupai ibadah orang Yahudi yang juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Untuk itu umat Islam disunnahkan berpuasa pada 9 Muharram (Tasu'a) dan 10 Muharram (Asyura).
Niat Puasa Tasu'a
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnatit Tasu‘a lillahi ta‘ala.Artinya : “Aku berniat puasa sunah Tasu‘a esok hari karena Allah ta'ala.”
4. Puasa Arafah
Puasa Arafah adalah salah satu jenis puasa sunnah yang dilakukan pada hari Arafah, yakni pada hari ke-9 bulan Dzulhijjah. Dengan kata lain, puasa ini dilakukan 1 hari menjelang perayaan hari raya Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah. Puasa ini sangat dianjurkan bagi umat muslim yang tidak pergi haji, sementara bagi muslim yang sedang haji tidak dianjurkan berpuasa.
Dari Abu Qotadah, Nabi SAW bersabda, "Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim no. 1162)
Niat Puasa Arafah
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِّلِه تَعَالَى
Nawaitu sauma arafah sunnatan lillahi ta'alahArtinya : “Saya niat puasa Arofah, sunnah karena Allah ta’ala.”
5. Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah adalah puasa sunnah dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni tanggal 8 Dzulhijjah. Istilah tarwiyah sendiri berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal tersebut karena pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air zam-zam untuk persiapan arafah dan menuju Mina.
Ada banyak keutamaan yang bakal didapatkan umat Islam yang menjalankan puasa Tarwiyah. Sama seperti dengan puasa Arafah, puasa Tarwiyah ini juga sangat dianjurkan bagi orang yang tidak melakukan ibadah haji.
Niat Puasa Tarwiyah
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِّلِه تَعَالَى
Nawaitu shouma tarwiyata sunnatan lillahi ta'ala
Artinya : “Saya berniat puasa sunah Tarwiyah karena Allah ta'ala.”
6. Puasa Syawal
Puasa Syawal adalah jenis puasa sunnah yang dilakukan selama 6 hari pada bulan Syawal, usai setelah hari raya Idul Fitri. Puasa Syawal boleh dilakukan secara acak atau berurutan, asalkan dilakukan selama 6 hari pada bulan Syawal, namun umumnya dilakukan secara berurutan 6 hari mulai tanggal 2 Syawal.
Keutamaan puasa 6 hari di bulan Syawal ini dianjurkan nabi Muhammad SAW dalam haditsnya yakni : “Siapa saja yang berpuasa Ramadan, kemudian diikuti puasa enam hari bulan Syawal, maka itulah puasa satu tahun.” (HR. Ahmad dan Muslim).
Niat Puasa Syawal
Niat Puasa Syawal
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma ghodin an sittatin min syawalin sunattan lillahi taala.
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah SWT.”
7. Puasa Daud
Jenis puasa ini memang tergolong unik, namun ternyata puasa ini dianjurkan dan disukai Allah SWT dan memiliki banyak keutamaan. Puasa Daud juga dilakukan untuk meneladani Nabi Daud yang memang rutin melakukan puasa Daud ini.
Niat Puasa Daud
Niat Puasa Daud
نَوَيْتُ صَوْمَ دَاوُدَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma daawuda sunnatal lillahi ta’aala.
Artinya : “Saya niat puasa Daud, sunnah karena Allah ta’ala.”
8. Puasa Ayyamul Bidh
Puasa Ayyamul Bidh merupakan jenis puasa sunnah yang dilakukan selama 3 hari setiap pertengahan bulan Hijriyah, yaitu tanggal 13, 14, 15 pada kalender Hijriyah. Ayyamul bidh sendiri mempunyai arti hari putih karena pada malam-malam tersebut bulan purnama bersinar dengan sinar rembulannya yang putih.
Keutamaan puasa sunnah Ayyamul Bidh diriwayatkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi : “Wahai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (bulan hijriah).”
Niat Puasa Ayyamul Bidh
نَوَيْتُ صَوْمَ اَيَّامَ اْلبِيْضِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma ayyami bidh sunnatan lillahi ta'ala.
Artinya : “Saya niat puasa Ayyamul Bidh, sunnah karena Allah ta’ala.”
9. Puasa Bulan Sya'ban
Dari Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu Anhu beliau berkata :
“Adalah Rasulullah SAW berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
“Adalah Rasulullah SAW berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
Niat Puasa Sya'ban
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnati sya‘bana lillâhi ta‘âlâ.Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Sya‘ban hari ini karena Allah ta'ala.”
Nah itulah macam-macam puasa sunnah yang dianjurkan dalam Islam beserta keutamaan, penjelasan, dan bacaan niat puasa sunnah dalam lafadz Arab, tulisan latin, dan terjemahan bahasa Indonesianya. Semoga bisa menambah wawasan mengenai macam-macam puasa sunnah.
Belum ada Komentar untuk "9+ Macam-Macam Puasa Sunnah Beserta Niat dan Keutamaannya"
Posting Komentar